Dicari, Sarjana Pertanian Masa Depan
JAKARTA - Selama ini, ilmu pertanian masih
dianggap sebelah mata. Padahal, kedaulatan dan martabat sebuah bangsa
juga turut ditentukan dengan kedaulatan pertaniannya.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Roedhy Poerwanto menyayangkan masih banyaknya pertanyaan dari para akademisi tentang pentingnya pendidikan tinggi pertanian. Padahal, kata Roedhy, Indonesia masih sangat membutuhkan pendidikan pertanian untuk menangkal kekuasaan asing pada pertanian Tanah Air.
"Seperti dengan adanya slogan more than just agriculture, keinginan sebagian staf IPB untuk menjadikan IPB sebagai universitas, dan beberapa Rektor PTS ingin menutup fakultas pertanian," kata Roedhy seperti dikutip dari keterangan tertulis IPB kepada Okezone, Jumat (4/5/2012).
Roedhy memaparkan, sekira 75 persen pekerja sektor pertanian adalah lulusan SD atau yang tidak lulus SD. Lulusan SMP yang menjadi petani ada 15 persen, sembilan persen lulusan SMA, dan hanya satu persen yang memiliki gelar sarjana. Menurut Roedhy, dunia pertanian Indonesia membutuhkan sosok, baik individu maupun lembaga, yang dapat menginspirasi pelajar mendalami pertanian.
Pada 1952, kata Roedhy, pidato Bung Karno menginspirasi para siswa untuk belajar pertanian. Saat itu, Bung Karno menyeru para pemuda Indonesia, bahwa studi ilmu pertanian dan kehewanan tidak kurang pentingnya dari studi-studi lain, tidak kurang memuaskan jiwa yang bercita-cita dari pada studi yang lain-lain
"Indonesia membutuhkan para sarjana pertanian masa depan, yakni mereka yang menguasai keilmuan pertanian, mempunyai kemampuan dalam 'operasi' pertanian, mempunyai pengetahuan mutakhir terkait dengan bisnis dan teknologi pertanian, mampu memanfaatkan sumber daya informasi, berkarakter dan berbudaya, mengenal, menjiwai dan mencintai pertanian dan lingkungannya, serta berjiwa wirausaha," imbuhnya.
Roedhy juga menegaskan posisi pertanian sebagai penentu kedaulatan dan martabat bangsa. Menurut Roedhy, pertanian yang stabil akan menjadi fondasi sebuah negara dianggap sebagai bangsa dengan sosial dan politik yang stabil pula.
"Negara besar yang tidak mampu menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakatnya akan hancur," ujarnya menegaskan.(rfa)
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Roedhy Poerwanto menyayangkan masih banyaknya pertanyaan dari para akademisi tentang pentingnya pendidikan tinggi pertanian. Padahal, kata Roedhy, Indonesia masih sangat membutuhkan pendidikan pertanian untuk menangkal kekuasaan asing pada pertanian Tanah Air.
"Seperti dengan adanya slogan more than just agriculture, keinginan sebagian staf IPB untuk menjadikan IPB sebagai universitas, dan beberapa Rektor PTS ingin menutup fakultas pertanian," kata Roedhy seperti dikutip dari keterangan tertulis IPB kepada Okezone, Jumat (4/5/2012).
Roedhy memaparkan, sekira 75 persen pekerja sektor pertanian adalah lulusan SD atau yang tidak lulus SD. Lulusan SMP yang menjadi petani ada 15 persen, sembilan persen lulusan SMA, dan hanya satu persen yang memiliki gelar sarjana. Menurut Roedhy, dunia pertanian Indonesia membutuhkan sosok, baik individu maupun lembaga, yang dapat menginspirasi pelajar mendalami pertanian.
Pada 1952, kata Roedhy, pidato Bung Karno menginspirasi para siswa untuk belajar pertanian. Saat itu, Bung Karno menyeru para pemuda Indonesia, bahwa studi ilmu pertanian dan kehewanan tidak kurang pentingnya dari studi-studi lain, tidak kurang memuaskan jiwa yang bercita-cita dari pada studi yang lain-lain
"Indonesia membutuhkan para sarjana pertanian masa depan, yakni mereka yang menguasai keilmuan pertanian, mempunyai kemampuan dalam 'operasi' pertanian, mempunyai pengetahuan mutakhir terkait dengan bisnis dan teknologi pertanian, mampu memanfaatkan sumber daya informasi, berkarakter dan berbudaya, mengenal, menjiwai dan mencintai pertanian dan lingkungannya, serta berjiwa wirausaha," imbuhnya.
Roedhy juga menegaskan posisi pertanian sebagai penentu kedaulatan dan martabat bangsa. Menurut Roedhy, pertanian yang stabil akan menjadi fondasi sebuah negara dianggap sebagai bangsa dengan sosial dan politik yang stabil pula.
"Negara besar yang tidak mampu menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakatnya akan hancur," ujarnya menegaskan.(rfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar