Sabtu, 11 Mei 2013

MENCIPTAKAN PETANI MASA DEPAN

Dalam sebuah renungan terbitlah sebuah angan-angan yang bisa dikatakan mimpi untuk masa depan anak bangsa. Mayoritas masyarakat kita adalah petani. Sampai saat ini petani masih dikategorikan sebagai bagian dari komunitas yang lemah, tidak berdaya.
Dan sedihnya selalu dikatakan komunitas yang sangat berjasa ini, mempunyai jenjang pendidikan yang rendah, sehingga sulit untuk bangkit menonjolkan peran dan fungsinya.
Mimpi yang digagas adalah terwujudnya petani yang mandiri sebagai komunitas yang ikut menentukan keutuhan serta kemajuan bangsa dan negara”. Tugas dan tanggung jawab selanjutnya adalah menjabarkan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan mimpi tersebut. siapakah yang akan berperan, peran apa yang akan dimainkan serta bagaimana cara memainkan masing-masing peran sehingga menjadi sesuatu yang jelas dan terukur.  Dengan adanya mimpi tersebut, gerakan yang akan dilakukan akan terarah dan menyusur pada satu titik, yaitu petani masa depan. Petani yang akan berperan sebagai anak bangsa yang terhormat, tidak lagi sebagai bagian dari bangsa yang selalu dijadikan objek dalam proses pembangunan. Petani masa depan adalah petani yang akan menjadi subjek dalam membangun dirinya dan membangun bangsa serta negaranya. Petani yang akan bekerjasama dengan semua pihak dengan kontribusi nyata pada pembangunan Negara.
Mandiri artinya mampu berdiri diatas kaki sendiri, tidak menimbulkan masalah dan tidak terlalu tergantung kepada Pemerintah dan personal atau lembaga lainnya.  Gambaran petani saat ini sangat memprihatinkan, apalagi kalau dikaitkan dengan perilaku negatif diatas yang berkembang sebagai akibat dari proses pembangunan. Perilaku tersebut secara berangsur akan hilang, berganti dengan perilaku yang santun, progresif dan kreatif. Secara perlahan tapi pasti, petani akan bisa memperlihatkan jatidirinya. Petani bisa mandiri, tidak lagi menggantungkan diri dengan orang lain. Tidak lagi selalu mengharapkan bantuan dari personal atau lembaga diluar lingkungannya. Bisa bekerjasama dengan semua pihak, terutama dengan personal atau lembaga yang berkaitan langsung dengan diri dan usahanya. Apakah pedagang, petani lain, penyuluh, mahasiswa dan dosen, peneliti dan para pejabat serta para wakil rakyat. Petani mandiri bisa memanfaatkan semua yang ada pada dirinya untuk membangun diri dan komunitasnya. Dengan kemandirian ini akan tumbuh dan berkembang semangat membangun, sehingga kontribusinya terhadap masyarakat lain dan dirinya akan menjadi sangat nyata.
Menentukan keutuhan serta kemajuan bangsa dan negara, artinya petani adalah rakyat yang ikut berperan aktif dan progresif dalam pembangunan bangsa dan negara. Peran ini diejawantahkan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai produsen dan pemasok kebutuhan pangan anak bangsa, ikut menentukan arah pembangunan anak bangsa  serta ikut memikirkan dan menciptakan hal-hal baru dalam bidangnya untuk kepentingan anak bangsa. Petani masa depan adalah petani yang mayoritas sangat terbuka, mempunyai kualitas yang sama dengan rata-rata rakyat Indonesia, berpikiran maju dan fleksibel serta kreatif dan progresif. Petani masa depan adalah petani yang ikut berperan menjaga keutuhan Bangsa. Peran ini dimainkan melalui keikutsertaan mereka dalam menjaga keseimbangan antar komunitas. Mereka akan menonjol sebagai komunitas dominan yang tidak hanya berperan dalam menyediakan bahan pangan kebutuhan bangsa tetapi juga ikut berperan sebagai wakil bangsa di lembaga legislatif maupun eksekutif. Dengan jumlah yang mayoritas mereka akan ikut berperan dalam menentukan arah pembangunan Bangsa dan Negara.
Dengan kemandirian dan kualitas sumberdaya yang memadai, petani masa depan akan berperan aktif dalam proses peningkatan kemajuan Bangsa dan Negara. Mereka akan menggerakan pembangunan pertanian yang akan berdampak pada perkembangan ekonomi secara menyeluruh. Mereka juga ikut merencanakan pengembangan diri, komunitas dan usahanya bersama aparat dan lembaga lain yang terkait. Dengan demikian petani masa depan betul-betul menjadi komunitas pilihan sebagai anak Bangsa dan abdi Negara.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut perlu dirancang rencana utama yang bisa dijabarkan menjadi berbagai kebijakan, program ataupun kegiatan yang terakumulasi sebagai gerakan mewujudkan petani masa depan.  Rencana besar yang perlu ditetapkan adalah ; 1). Peningkatan Posisi Tawar Petani ; 2). Fasilitasi Penguatan Modal  dan 3). Penyediaan Infrastruktur dan Fasilitas yang Memadai. Ketiga rencana tersebut merupakan muara dari strategi, kebijakan dan program serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Pelaksanaan jabaran rencana ini nantinya harus disesuaikan dengan dukungan wilayah masing-masing daerah otonom.
Peningkatan Posisi Tawar Petani
Pasokan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan akan pangan (kuantitas maupun kualitas) sangat tergantung pada kinerja petani. Bila petani gagal panen maka pasar akan bergejolak, barang kebutuhan tidak cukup tersedia dan secara otomatis harga akan naik, begitu pula sebaliknya bila panen petani melimpah maka penawaran barang banyak dan harga akan turun. Hal ini memperlihatkan mulianya fungsi dan tugas petani, sebagai penyedia dan pemasok kebutuhan “pangan” semua orang. Tetapi apa yang sering mereka peroleh?. Bila harga bahan pangan naik, masyarakat ribut minta segera diturunkan. Banyak protes yang diluncurkan kepada pemerintah. Tetapi bila harga bahan pangan turun (bahkan sampai tidak dipanen petani karena lebih besar upah panen dari harga yang dipanen) siapa yang peduli?. Pernahkah masyarakat meminta agar harga bahan pangan dinaikan?, pernahkah masyarakat merasa kasihan kepada petani?.
Petani berjuang untuk manusia lainnya, tetapi selalu mereka tidak menerima imbalan yang setimpal. Mereka tidak mengharapkan penghargaan, tidak mengharapkan sanjungan ataupun pujian yang muluk-muluk. Yang diharapkan petani hanyalah “perhatian” dari masyarakat lainnya terutama aparat pemerintah.  Satu lagi yang menjadi harapan petani adalah terjadi dan terjaminnya proses jual beli yang adil. Jangan seperti sekarang mereka susah payah berusahatani dengan resiko yang besar, tetapi yang lebih banyak menikmati keuntungan adalah para pedagang atau pemilik modal, yang kadang-kadang hanya bermodal dengkul atau bermodalkan air ludah. Perhatian yang diharapkan petani adalah perhatian yang serius yang benar-benar bermanfaat bagi mereka.
Selama ini sebenarnya petani sudah mendapat perhatian yang melimpah dari pemerintah, tetapi mereka belum banyak menikmati hasil dari perhatian tersebut. Banyak bantuan yang telah diterima tetapi sering tidak memberikan manfaat yang optimal, bahkan sering menjadi mubazir. Kita tidak bermaksud menyalahkan atau mengkambing hitamkan siapa-siapa, tetapi semua yang telah dilakukan dalam proses pembangunan banyak yang sia-sia. Berat dugaan, pendekatan dan sistem yang digunakan dalam memberikan bantuan dan pembinaan banyak yang kurang sesuai dengan keinginan petani, sehingga biaya yang dikeluarkan pemerintah menjadi rendah manfaatnya. Fasilitasi dan bantuan yang sangat diharapkan petani adalah yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Semua itu bisa dilakukan dengan pendekatan partisipatif, dimana petani juga ikut sebagai perencana dan pengembang dirinya sendiri. Perhatian yang harus diberikan kepada petani adalah bagaimana supaya mereka bisa selalu beraktivitas dan menghasilkan semua kebutuhan masyarakat, itu adalah perhatian minimal.
Jual beli yang adil. Dalam proses jual beli, petani sering dirugikan karena berada dalam posisi tawar yang lemah. Harga produk yang ditawarkan petani, tidak pernah bisa ditentukan oleh mereka sendiri. Harga jual selalu ditentukan oleh pedagang. Bahkan kadang-kadang, produknya  dibawa oleh pedagang tetapi uang belum dibayar. Pembayaran dilakukan setelah barang yang diambil laku terjual oleh pedagang. Hanya dengan modal dengkul atau air ludah, pedagang bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu yang singkat. Bandingkan dengan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh petani, yang berjuang sekian lama untuk menghasilkan produk, dengan resiko yang cukup tinggi. Adilkah itu?.  Hal ini sering dialami oleh petani. Mereka tidak bisa berbuat karena berada dalam posisi yang sangat lemah.
Belajar pada pengalaman dan apa yang telah dilakukan pada masa lalu, nampaknya petani harus mulai menentukan sikap. Petani harusnya jangan lagi tergantung atau menggantungkan diri pada golongan masyarakat lain ataupun pemerintah. Petani harus mulai menggalang kekuatan sendiri untuk memperkuat posisi tawar. Kalau posisi tawar sudah kuat, mereka tidak bisa lagi diatur atau dipermainkan oleh lapisan masyarakat lainnya. Petani tidak lagi harus memelas perhatian dan bantuan dari pihak luar. Mereka bisa menentukan sendiri harga barang yang diproduksinya, mereka bisa mengatur pasar dan pemasaran barang-barang yang dihasilkannya. Dan yang sangat diharapkan adalah “petani menjadi sebuah komunitas yang kuat” kuat secara sosial dan lebih kuat secara ekonomi. Kalau komitmen ini sudah dipadukan maka banyak cara yang bisa dilakukan oleh petani dan banyak kegiatan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan posisi tawar mereka. Kata kuncinya, adalah bersatu atau memperkuat barisan sesama petani, mereka harus mulai menggalang kekuatan untuk berjaya sebagai komunitas tersendiri yang mampu berbuat untuk orang banyak. Allah SWT menegaskan bahwa manusia yang paling mulia disisiNYA adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Langkah awal dalam menggalang kekuatan adalah membuat wadah pemersatu. Wadah tersebut bisa berbentuk lembaga atau organisasi. Bisa kelompok tani, bisa koperasi, bisa asosiasi petani dan banyak lagi bentuk lainnya, yang intinya adalah sebagai wadah tempat mereka berhimpun. Tempat orang yang seide, mempunyai kemauan yang sama, mempunyai tujuan yang sama, dan yang penting sama-sama punya kepentingan dan saling mengerti satu sama lain. Kuncinya terletak pada pembentukan organisasi itu sendiri. Dewasa ini, umumnya organisasi dibentuk berdasarkan kepada kebutuhan golongan atas (pemerintah, LSM dan lainnya), bukan tumbuh dari bawah. Pertanyaannya sekarang, mau, mampu dan sanggupkah masyarakat kecil yang mayoritas petani tersebut melakukannya?. Langkah dan strategi apakah yang harus ditempuh agar kekuatan tersembunyi tersebut dapat dibangkitkan?. Dalam hal ini sangat dibutuhkan pihak luar yang betul-betuk punya kepedulian terhadap petani. Komunitas yang dibutuhkan adalah komunitas pemberdaya yang sekaligus juga akan menjadi fasilitator dalam proses pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia petani.
Dalam proses pemberdayaan para petani dan rakyat kecil butuh pendampingan, butuh bantuan masyarakat atasnya yang mempunyai kepedulian terhadap nasib dan perjuangan petani. Pendampingan dan bimbingan yang dibutuhkan bukanlah kegiatan yang menghendaki pamrih, yaitu kegiatan yang mengharapkan sesuatu yang tersembunyi dibalik gerakannya. Petani butuh dampingan dan bantuan yang ikhlas, redha dan sukarela untuk menjalankan proses pemberdayaan diri dan komunitasnya. Bila para pendamping dan pembina melakukan pemberdayaan dengan maksud-maksud tertentu, dapat dipastikan bahwa petani kembali akan menerima dampak buruk. Keuntungan dan keberdayaan akan lebih banyak dimanfaatkan oleh para pendamping tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan kehati-hatian dan was-was dari pihak petani sebelum bermitra dengan personal atau sebuah lembaga yang menyatakan diri berada dipihak petani.
Petani harus menyadari bahwa, mereka adalah elemen terbesar rakyat, pertanian harus menjadi platform pembangunan Indonesia dan karenanya menjadi elemen terbesar dalam perubahan. Oleh karena itu, petani harus menyusun barisan dan menguatkan pasukan guna mencapai keberdayaan dan bisa berjalan berdampingan dengan pemerintah dan lembaga lainnya dalam membangun dan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki. Dengan demikian apa yang dikhawatirkan pemerintah, lemahnya “ketahanan pangan” dapat diatasi, bahkan kedaulatan panganpun bisa dicapai. Petani masa depan adalah petani yang bisa berbuat tidak hanya bisa menerima.

MOEHAR DANIEL
(Peneliti Sosial Ekonomi/Kebijakan Pembanguan Pertanian BPTP Sumatera Barat)

Sumber: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7593:menciptakan-petani-masa-depan&catid=11:opini&Itemid=83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar